Merekat Kebangsaan, Memajukan Kesejahteraan: Pesan Milad Muhammadiyah ke-113

Berita Utama, Ide61 Dilihat

Oleh: Dr. Maria Ulviani, S.Pd., M.Pd.
Dosen PBSI/FKIP Unismuh Makassar
Anggota LBSO PW Aisyiyah Sulsel

INDEPENDENews.com – Milad ke-113 Muhammadiyah pada 18 November 2025 yang mengusung tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa” menjadi momentum penting bagi seluruh elemen bangsa untuk kembali menatap masa depan dengan penuh kesungguhan.

Di tengah tantangan kebangsaan yang semakin kompleks mulai dari ketimpangan sosial, rendahnya literasi, polarisasi masyarakat, hingga ketidakstabilan ekonomi global kehadiran Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan memiliki relevansi yang semakin kuat.

Tema ini memberi pesan bahwa kesejahteraan hanya dapat dicapai jika bangsa ini berdiri dalam persatuan, menjunjung nilai keadaban, dan membangun kemajuan secara kolektif.

Sejak berdirinya pada tahun 1912, Muhammadiyah telah menunjukkan karakter unik sebagai gerakan Islam yang tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi mewujudkan nilai keagamaannya dalam aksi nyata. Rumah sakit, sekolah, panti asuhan, dan universitas yang berdiri hampir di seluruh Indonesia menjadi bukti bahwa kesejahteraan umat adalah orientasi jangka panjang yang terus dijaga.

Namun memasuki usia lebih dari satu abad, tantangan baru muncul dengan kompleksitas berbeda. Kesejahteraan tidak lagi hanya berbicara tentang ekonomi, tetapi mencakup kualitas pendidikan, pemerataan akses kesehatan, ketahanan sosial, dan kemampuan bangsa menghadapi perubahan zaman.

Tantangan global hari ini mengharuskan bangsa memiliki ketangguhan literasi. Di tengah derasnya arus informasi, masyarakat membutuhkan kemampuan untuk memilah, memahami, dan menilai informasi secara kritis. Literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi meliputi literasi digital, literasi budaya, literasi finansial, hingga literasi moral. Tanpa literasi yang kuat, masyarakat mudah terpengaruh provokasi, mudah terbelah oleh isu identitas, dan rentan dimanfaatkan oleh kepentingan tertentu.

Dalam konteks ini, peran Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan (gerakan tercerahkan) menjadi sangat strategis. Dakwah mencerahkan harus terus mengarusutamakan akal sehat, etika sosial, dan semangat kebangsaan.

Selain literasi, kesejahteraan bangsa juga ditentukan oleh kemampuan mengelola keberagaman. Indonesia adalah rumah bagi berbagai suku, agama, dan budaya. Tantangan terbesar bukan bagaimana perbedaan itu dihapus, tetapi bagaimana ia dapat dirawat sebagai kekuatan. Pada titik inilah tema milad Muhammadiyah memberi pesan penting: memajukan kesejahteraan tidak mungkin dilakukan tanpa merekatkan kebangsaan. Polarisasi politik, perpecahan sosial, dan menguatnya retorika identitas dapat merusak fondasi kesejahteraan. Ketika masyarakat tercerai-berai, tidak akan ada energi kolektif untuk membangun kemajuan.

Dalam perjalanan panjangnya, Muhammadiyah dikenal sebagai kekuatan moral yang merawat persatuan. Pendekatan dakwah kultural, dialog antarkomunitas, pelayanan sosial lintas golongan, dan keterlibatan aktif dalam isu kebangsaan merupakan bentuk komitmen Muhammadiyah menjaga Indonesia sebagai rumah bersama. Kemampuan Muhammadiyah menjembatani berbagai perbedaan adalah modal besar bagi terciptanya masyarakat yang damai dan sejahtera.

Lebih jauh, pesan kesejahteraan dalam milad kali ini juga menuntut lahirnya inovasi sosial. Di era digital, gerakan filantropi, ekonomi umat, pendidikan karakter, dan pemberdayaan masyarakat harus dioptimalkan melalui teknologi dan kolaborasi lintas sektor.

Kesejahteraan tidak akan terwujud hanya dengan kerja sektoral; ia membutuhkan sinergi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dunia pendidikan, dunia usaha, dan komunitas akar rumput. Semangat kolaboratif yang telah lama dihidupi Muhammadiyah perlu dipertegas sebagai model gerakan sosial modern.

Pada usia ke-113 tahun, perjalanan Muhammadiyah memberi teladan bahwa perubahan tidak lahir dari seruan kosong, tetapi dari ketekunan, keberanian, dan kesabaran membangun peradaban. Ke depan, tantangan yang dihadapi bangsa akan semakin besar, tetapi kekuatan moral, keilmuan, dan kepedulian sosial Muhammadiyah dapat menjadi cahaya yang menuntun bangsa keluar dari berbagai krisis.

Pesan milad kali ini tidak hanya menggugah warga persyarikatan, tetapi seluruh rakyat Indonesia: bahwa kesejahteraan adalah hak setiap warga, dan mencapainya memerlukan kebersamaan yang kokoh. Kesejahteraan bukan hadiah, melainkan hasil kerja panjang yang ditopang oleh pendidikan yang mencerahkan, solidaritas sosial yang kuat, dan nilai-nilai keadilan yang ditegakkan.

Akhirnya, Milad ke-113 Muhammadiyah mengingatkan kita bahwa bangsa yang besar bukanlah bangsa tanpa masalah, tetapi bangsa yang tidak berhenti menyelesaikan masalah dengan akal sehat dan hati yang bersih. Muhammadiyah telah menapaki jalan panjang itu jalan pencerahan, jalan kebangsaan, dan jalan kemanusiaan. Semoga spirit ini terus mengalir dan menerangi perjalanan Indonesia menuju kesejahteraan yang adil, maju, dan berkeadaban.

Dan pada usia ke-113 ini, semoga cahaya Muhammadiyah tidak hanya tetap menyala tetapi semakin terang menerangi Indonesia hingga jauh ke masa depan. (*)