Warga Takalar Meriahkan Peluncuran Buku Maestro Aru Tu Mangkasarak, Sukman Daeng Talli

Takalar746 Dilihat

INDEPENDENEWS.COM, TAKALAR– Sukman Daeng Talli, yang dikenal sebagai Maestro Aru Tu Mangkasarak, telah membuat sejarah dengan menjadi satu-satunya maestro Aru yang karya-karyanya berhasil dibukukan.

Penduduk Takalar merespons antusias peluncuran karya besar Maestro Aru Tu Mangkasarak ini yang berlangsung di Hotel Gran Kalampa Takalar pada Sabtu (9/9).

Kerjasama antara Sukman Daeng Talli, LPDP, dan DANA INDONESIANA telah mengukuhkan namanya di seluruh Indonesia.

Peluncuran karya Maestro Aru Tu Mangkasarak ini bahkan dihadiri oleh sekitar 300 peserta dari berbagai daerah di Indonesia dengan beragam latar belakang, termasuk perwakilan pemerintah, budayawan, mahasiswa, guru, dan siswa.

Mereka menjadi saksi sejarah saat film dan buku Maestro Aru Tu Mangkasarak diluncurkan.

Arif Munandar, penulis dan produser film, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah ekspresi kepedulian terhadap warisan budaya yang seringkali terabaikan.

“Kegiatan ini kami lakukan untuk memberikan perhatian kepada eksistensi kegiatan kebudayaan. Banyak seniman yang karyanya belum dikenal luas, sehingga masyarakat kurang memiliki pengetahuan tentang kebudayaannya,” ujarnya.

Arif, yang akrab disapa Arif, menjelaskan bahwa motivasinya untuk menciptakan karya ini berasal dari perhatiannya terhadap kebudayaan.

Ia ingin memperkenalkan Sukman Daeng Talli kepada masyarakat agar karya-karyanya dapat menjadi sarana untuk memahami Aru dan filosofinya.

“Tantangan terhadap eksistensi kebudayaan yang semakin terpinggirkan telah mendorong saya untuk mengangkat dan memperkenalkan Sukman Daeng Talli kepada masyarakat melalui karya-karyanya. Buku ini diharapkan dapat menjadi alat bagi masyarakat untuk lebih mudah memahami ‘Aru’ dan filosofinya,” tambahnya.

Selaras dengan itu, Yus Amin DB, yang bertugas sebagai pembedah film, menyoroti kehilangan identitas budaya pada generasi muda.

“Anak muda saat ini kehilangan jati diri dan melupakan budaya yang menjadi identitas mereka. Mereka bahkan tidak lagi mengenali akar budayanya, yang sebenarnya adalah bagian dari identitas suatu daerah,” tegasnya.

Sementara itu, Imel, yang juga menjadi pembedah buku, menyatakan penghargaannya terhadap karya ini dan berpendapat bahwa buku ini seharusnya menjadi bagian dari bahan pembelajaran budaya dan bahasa daerah yang diajarkan oleh Dinas Pendidikan.

“Buku ini seharusnya mendapatkan perhatian dari Dinas Pendidikan untuk dijadikan materi pembelajaran dalam pengenalan budaya dan bahasa daerah,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *