INDEPENDENews.com – Di tengah polemik biaya uang kuliah tunggal (UKT) perguruan tinggi negeri yang mahal, ada yang menarik dan unik yang diterapkan di Universitas Muhammadiyah Maumere (UM Maumere) Provinsi NTT.
Di universitas itu, mahasiswa miskin dibolehkan membayar uang kuliah menggunakan hasil bumi, seperti pisang sampai ikan laut tangkapan dari orang tua mahasiswa yang petani dan nelayan.
Rektor UM Maumere Erwin Prasetyo mengatakan kebijakan itu diterapkan pada tahun 2018 atau 5 tahun sejak IKIP Muhammadiyah Maumere (nama sebelum UM Maumere) berdiri.
Alkisah, ada seorang mahasiswi yang tidak sanggup membayar biaya semester yang dicicil secara tiga tahap, saat penentuan rencana studi, ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Mahasiswi ini memiliki tunggakan semester sebesar kurang lebih Rp 1 juta.
“Ceritanya ada mahasiswi kami itu dari kampung, kebetulan dia belum bisa selesaikan pembayaran untuk ikut UAS. Waktu itu itu saya masih wakil rektor 1. Dia datang, sampaikan ada kendala, karena waktu itu tunggakan Rp 1 juta lebih bertahap diangsur 3 kali, urus KRS tahap kedua UTS tahap ketiga saat UAS,” kata Erwin, saat dihubungi, Jumat (24/5/2024) dilansir kumparanNEWS.
Mahasiswi ini, kata Erwin, berkeluh kesah menyampaikan tidak bisa membayar uang semesteran kuliah karena hasil bumi di kampungnya seperti pisang dan kelapa, sudah panen tapi belum ada yang beli.
Universitas pada saat itu, kata Erwin, lalu merekomendasikan mahasiswi ini untuk membawa hasil bumi dari kampungnya itu ke kampus.
“Nah yaudah bawa saja ke sini. Dia bawa ke kampus. Yang saya apresiasi itu nggak malu bawa ke kampus ya waktu itu,” ujar Erwin.
Di kampus, pihak dosen dan juga rektor membantu memasarkan hasil bumi itu untuk dijual.
“Jadi kita bantu masarkan jaringan dosen dan sebagainya. Ada yang punya kenalan keluarganya usaha nah kita jualkan pisang dan kelapa. Itu hanya membantu ya ada alternatif pembayaran,” kata Erwin.
Menurut Erwin cara yang dilakukan oleh kampusnya itu terbilang sangat efektif dalam membantu mahasiswa miskin yang ingin kuliah tapi terhalang oleh ekonomi keluarga.
Dari situ UM Maumere kemudian membuat kebijakan membolehkan mahasiswa membawa hasil buminya untuk dibantu jualkan oleh pihak kampus apabila tidak memiliki uang cash saat bayar semesteran.
“Jadi kita menyesuaikan saja misal, mahasiswa ini punya tunggakan per bulannya Rp 200 ribu, maka yasudah dia bisa bawa hasil bumi atau pun bahkan ikan tangkapan seharga Rp 200 ribu itu, jadi kita bantu pasarkan,” ujar dia.
Erwin mengatakan untuk tetap terus menjaga program membantu mahasiswa ini, ke depannya UM Maumere akan membuat satu unit baru pengelolaan hasil bumi mahasiswa.
“Jadi misalnya ada yang bawa kelapa atau pisang, bagaimana supaya pasarnya lebih luas maka nanti akan kami kelola misalnya jadi keripik. Atau ikan misalnya supaya tidak cepat busuk maka akan dikelola menjadi olahan makanan. Jadi seperti itu. Semacam UMKM,” kata dia.
“Ya ini kan sebagai bentuk dari mendukung program pemerintah di bidang pendidikan dan bagian dari merawat fakir miskin yang memang ingin kuliah,” kata Erwin.
Erwin juga mengatakan di kampusnya itu, ada kategori mahasiswa yang mendapatkan diskon atau pun gratis biaya kuliah.
Pertama untuk anak yatim yang dibebaskan dari biaya semesterannya.
Biaya per semester di UM Maumere sudah beberapa tahun ini tetap di angka Rp 3.510.000 per semester.
“Itu tak hanya buat muslim, agama lain juga dapat kok. Kebetulan di kita kan 80 persen mahasiswanya itu Katholik. Kita akomodir juga. Yang muslim ada beasiswa tahfix Quran, minimal dua juzz itu bebas SBP,” ujar dia. (*)
- Masa Tenang Pilkada 2024, Camat Bontoala Pimpin Penertiban APK - 24 November 2024
- Ikuti Gerakan Subuh Berjamaah, Camat Bontoala: Wujud Ciptakan Pilkada Damai - 24 November 2024
- Antisipasi Bencana di Pilkada, KPU Maros Gandeng TNI Polri Bangun Kerjasama - 23 November 2024