Rokok Ancam Masa Depan Anak Bangsa

Opini273 Dilihat

KEMENTERIAN kesehatan bersama WHO meluncurkan hasil riset yang dilakukan  selama 10 tahun terakhir (2011-2021)dengan judul GLOBAL ADULT TOBACCO SURVEY, yang menyimpulkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia berada dalam kategori darurat yaitu 25% masyarakat indonesia adalah PEROKOK. (katadata, 30 Mei 2022)

Peningkatan jumlah perokok sebesar 14,5% (8,8 juta orang) yang dihimpun dari jumlah perokok sebanyak 60,3 juta orang di tahun 2011 dan makin bertambah hingga 69,1 juta orang di tahun 2021. Berdasarkan data badan pusat statistik di tahun 2021 masyarakat indonesia lebih banyak membelanjakan uangnya untuk rokok dibandingkan bahan pangan bergizi. 

Hal ini dipicu oleh promosi iklan rokok di media internet yang cukup tinggi dan terjadi peningkatan dengan nilai awal 1,9% menjadi 21,4 % di tahun 2021. 

Iklan rokok menjadi salah satu indikator yang paling disoroti pada riset ini.

Budaya merokok sudah tertanam kuat di bumi indonesia dan menjadi kenyataan sehari-hari bahwa hal ini sudah berlangsung sangat lama dan meluas. 

Indonesia menjadi negara perokok tertinggi di asia pada pria dan menjadi negara ketergantungan tembakau tertinggi di tahun 2022. 

Pertumbuhan perokok di indonesia linier dengan pertumbuhan penyakit tidak menular pada riskesdas 2018. 

Tidak bisa dipungkiri rokok menjadi salah satu komoditas primadona yang dikonsumsi masyarakat miskin indonesia. 

Kemenkes RI mencatat ada 10 jenis komoditas dengan pengeluaran terbesar masyarakat indonesia dan rokok berada di urutan kedua setelah sembilan bahan pokok.

Perilaku merokok bagi anak usia remaja semakin mengkhawatirkan. 

Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan membakar rokok dan menghisap asap rokok. Asap rokok kemudian dihembuskan keluar,  sehingga menyebabkan asap rokok terhisap  oleh orang-orang yang berada di sekitar perokok. 

Perilaku merokok merupakan salah satu kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan. 

Perilaku merokok adalah perilaku yang membahayakan kesehatan baik perokok sendiri maupun orang lain yang kebetulan  menghisap asap rokok tersebut. 

Sejumlah studi menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai merokok antara umur 11 dan 13 tahun 85% sampai 95%  sebelum berumur 18 tahun.

Berdasarkan studi yang dilakukan bulan juni 2023 oleh mahasiswi program magister kebidanan Unisa Yogyakarta di Padukuhan Mejing Kidul Kelurahan Ambarketawang Kec.Gamping Sleman, didapatkan maraknya kenakalan remaja di daerah tersebut salah satunya adalah perilaku merokok yang dilakukan oleh anak usia remaja. 

Dari hasil wawancara beberapa anak sudah pernah mencoba – coba menghisap rokok bahkan di usia sekolah dasar (6-7 tahun). 

Hasil wawancara mendalam dengan 6 orang remaja di Padukuhan Mejing Kidul didapatkan bahwa 6 orang remaja tersebut pernah merokok dan mereka menganggap rokok menjadi kebiasaan sehari hari. 

Para remaja mengetahui dampak dari bahaya merokok, tetapi tetap dilakukan karena sudah ketergantungan. 

Alasan para remaja mengkonsumsi rokok yaitu awalnya hanya coba-coba dan pengaruh lingkungan seperti teman sebaya dalam pergaulan. 

“Mereka merasa pada saat merokok pertama timbul rasa kepercayaan diri yang tinggi pada diri mereka dalam menunjukan kepribadian sebagai seorang laki-laki dan mereka merasa merokok dapat meningkatkan konsentrasi dalam menghadapi masalah “ (Holida & Fitriani, 2019). 

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja khususnya di Padukuhan Mejing Kidul  yakni faktor internal dan eksternal. 

Berdasarkan hasil informasi dari tokoh masyarakat maupun hasil wawancara mendalam dengan para remaja di daerah itu, faktor yang paling signifikan adalah pengaruh teman sebaya. 

Hal ini disebabkan karena waktu bersama teman sebaya lebih banyak dibandingkan Bersama anggota keluarga yakni orang tua/saudara. 

Intervensi yang dilakukan sebagai upaya penanganan kenakalan remaja di Padukuhan Mejing Kidul yaitu dengan melakukan KIE secara individu dan melakukan penyuluhan tentang Parenting Style kepada ibu-ibu PKK di RW 09 RT 02. 

Sinergitas orang tua, tokoh masyarakat, dan organisasi keagamaan dalam melakukan upaya penanganan kenakalan remaja sudah berjalan baik seperti dilakukannya upaya pendekatan langsung yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan organisasi keagamaan dengan diadakannya kajian keagamaan dan kesehatan rutin setiap bulannya maupun mengadakan kegiatan kumpulan remaja masjid ketika ada event di wilayah setempat.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *