Abdul Ghaffar Al Qurtuby
2420203870133009
Mahasiswa S2 Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Parepare
========================================================
PENDAHULUAN
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia memiliki peran yang sangat strategis dalam menyebarkan nilai-nilai dakwah Islam. Sebagai pusat pengajaran ilmu agama, pesantren tidak hanya mendidik santri menjadi individu yang saleh secara pribadi, tetapi juga mengajarkan mereka untuk aktif berdakwah di tengah masyarakat. Dakwah merupakan kewajiban setiap muslim sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ. Dalam QS. Ali-Imran ayat 104, Allah SWT berfirman
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104).
Ayat ini menunjukkan urgensi adanya kelompok yang secara konsisten berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam di masyarakat. Peran ini salah satunya diemban oleh pesantren yang memadukan dakwah dengan pendidikan.
Rasulullah ﷺ juga menegaskan pentingnya ilmu dalam dakwah melalui sabdanya:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
Hadis ini menegaskan bahwa dakwah tidak harus dilakukan dengan ilmu yang mendalam, tetapi cukup menyampaikan hal-hal yang diketahui dan dipahami. Pesantren memainkan peran penting dalam membekali santri dengan ilmu agama yang kuat, akhlak yang mulia, dan keterampilan berdakwah yang sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam konteks ini, pesantren menjadi salah satu benteng utama yang menjaga dan menyebarkan ajaran Islam secara konsisten di tengah berbagai tantangan globalisasi.
Peran pesantren sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam mencerminkan pentingnya integrasi antara ilmu dan tarbiyah (pendidikan) dalam membentuk generasi muslim yang memiliki kesadaran dakwah. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menguraikan urgensi pesantren dalam menyebarkan dakwah Islam berdasarkan tinjauan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ yang relevan.
Pesantren sebagai Lembaga Dakwah dan Pendidikan
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang memiliki dua fungsi utama: sebagai pusat pembelajaran ilmu agama dan sebagai institusi dakwah. Dalam pendidikan, pesantren membekali santri dengan pemahaman mendalam tentang Al-Qur’an, hadis, fikih, dan akhlak. Sementara itu, sebagai lembaga dakwah, pesantren berperan menyebarkan nilai-nilai Islam ke masyarakat melalui berbagai pendekatan, seperti ceramah, pemberdayaan sosial, dan keteladanan hidup (dakwah bil hal).
Sejak awal kemunculannya, pesantren telah menjadi motor penggerak dakwah di Indonesia. Dengan tradisi pendidikan berbasis kitab kuning dan bimbingan kyai, pesantren tidak hanya melahirkan generasi ulama, tetapi juga pendakwah yang siap menyebarkan Islam secara hikmah dan penuh kebijaksanaan. Hal ini menjadikan pesantren sebagai pilar penting dalam membangun masyarakat yang religius dan berkarakter Islami.
Landasan Teologis Dakwah dalam Pesantren
Dakwah adalah kewajiban setiap Muslim untuk menyampaikan ajaran Islam dan menyeru kepada kebaikan. Landasan teologis pesantren dalam menjalankan peran dakwahnya berakar pada ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ﷺ yang menekankan pentingnya menyebarkan kebaikan dan ilmu.
Ayat Al-Qur’an tentang Dakwah
Pesantren berpegang pada ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajarkan pentingnya dakwah, seperti:
QS. Ali-Imran ayat 104 : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ayat ini menegaskan pentingnya ada sekelompok orang yang berfokus pada dakwah untuk memperbaiki masyarakat. Pesantren mengimplementasikan nilai ini dengan mencetak santri yang memiliki komitmen tinggi dalam menyeru kepada kebaikan.
QS. An-Nahl ayat 125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
Ayat ini memberikan panduan metode dakwah yang bijaksana, yang diterapkan dalam pendidikan di pesantren untuk membekali santri dengan pendekatan yang lembut dan efektif.
2. Hadis-Hadis tentang Ilmu dan Dakwah
Pesantren juga berlandaskan pada berbagai hadis yang menggarisbawahi pentingnya ilmu sebagai landasan dakwah, seperti:
Hadis Riwayat Bukhari:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.”
Hadis ini menjadi motivasi utama bagi pesantren untuk membekali santri dengan ilmu agama, sehingga mereka mampu menyampaikan ajaran Islam sesuai kapasitas yang mereka miliki.
Hadis tentang Keutamaan Ilmu:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Pesantren menanamkan pemahaman bahwa ilmu adalah sarana penting dalam menjalankan dakwah yang benar.
Relevansi Landasan Teologis dengan Pesantren
Ayat-ayat dan hadis ini menjadi dasar bagi pesantren untuk mengintegrasikan pendidikan dan dakwah. Pesantren tidak hanya mendidik santri dengan ilmu agama, tetapi juga membentuk mereka menjadi pendakwah yang mampu menyampaikan Islam secara bijaksana dan relevan di masyarakat.
Dengan berpegang pada landasan teologis ini, pesantren menjalankan dakwah secara terstruktur dan berkesinambungan, baik melalui pendidikan formal maupun kegiatan sosial di masyarakat.
Pentingnya Ilmu dan Tarbiyah dalam Dakwah Pesantren
Ilmu dan tarbiyah merupakan dua pilar utama yang mendukung keberhasilan dakwah di pesantren. Sebagai institusi pendidikan Islam, pesantren menanamkan kedalaman ilmu agama sekaligus membentuk karakter santri melalui proses tarbiyah. Keduanya saling melengkapi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga mampu menyampaikan dakwah secara efektif dan berakhlak mulia.
1. Pentingnya Ilmu dalam Dakwah
Ilmu adalah fondasi utama dakwah. Tanpa ilmu yang cukup, dakwah dapat kehilangan arah atau menjadi tidak efektif. Beberapa poin pentingnya ilmu dalam dakwah adalah:
– Sebagai Landasan Kebenaran : Dakwah yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam tentang Al-Qur’an, hadis, dan disiplin ilmu agama lainnya, sehingga pesan yang disampaikan sesuai dengan ajaran Islam.
– Meningkatkan Kepercayaan Diri : Santri yang memiliki ilmu yang mendalam dapat menjelaskan ajaran Islam dengan penuh keyakinan, sehingga mampu menghadapi tantangan dakwah di masyarakat yang beragam.
– Menjawab Tantangan Zaman : Dalam era modern, ilmu tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum yang relevan, seperti teknologi dan manajemen, untuk mendukung keberhasilan dakwah.
Hadis Rasulullah ﷺ menegaskan pentingnya ilmu, seperti:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
Pesantren membekali santri dengan ilmu melalui kajian kitab kuning, tafsir, fikih, hadis, dan berbagai ilmu keislaman lainnya, sehingga mereka siap menjadi pendakwah yang berkompeten.
2. Pentingnya Tarbiyah dalam Dakwah
Tarbiyah, yang berarti proses pendidikan dan pembentukan karakter, adalah elemen penting dalam mencetak pendakwah yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga menjadi teladan hidup. Tarbiyah mencakup:
– Pembentukan Akhlak : Pesantren menanamkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari santri, seperti kejujuran, kesederhanaan, dan keikhlasan, sehingga mereka menjadi contoh nyata dalam dakwah.
– Penguatan Ruhiyah (Spiritualitas) : Melalui ibadah rutin seperti salat berjamaah, dzikir, dan pengajian, pesantren memperkuat hubungan santri dengan Allah. Spiritualitas yang kuat menjadikan dakwah lebih bermakna.
– Latihan Kedisiplinan : Kehidupan di asrama pesantren mengajarkan disiplin dalam waktu, tanggung jawab, dan kemandirian, yang menjadi bekal penting dalam menghadapi tantangan dakwah.
3. Hubungan Ilmu dan Tarbiyah dalam Dakwah Pesantren
Pesantren mengintegrasikan ilmu dan tarbiyah dalam proses pendidikannya. Ilmu menjadi bekal intelektual santri, sementara tarbiyah membentuk kepribadian dan karakter mereka. Hal ini menciptakan pendakwah yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan mampu menjadi teladan bagi masyarakat.
Dengan ilmu, dakwah menjadi terarah dan berbobot; dengan tarbiyah, dakwah menjadi efektif karena didukung oleh keteladanan dan akhlak pendakwah. Oleh karena itu, ilmu dan tarbiyah adalah fondasi utama dalam membangun dakwah pesantren yang kokoh dan berkelanjutan.
Metode Dakwah Pesantren
Pesantren menggunakan berbagai metode dakwah yang disesuaikan dengan karakteristik santri dan masyarakat yang dilayaninya. Metode ini mencakup pendekatan langsung dan tidak langsung, dengan tujuan menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana, relevan, dan efektif. Berikut adalah metode utama dakwah yang diterapkan di pesantren:
1. Dakwah Bil Hikmah (Dakwah dengan Kebijaksanaan)
Metode ini mengacu pada QS. An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik…”
– Penekanan pada Pemahaman : Dakwah bil hikmah dilakukan dengan menyampaikan Islam secara bijak, penuh pemahaman, dan sesuai dengan konteks audiens.
– Dialog dan Diskusi : Pesantren sering mengadakan kajian interaktif, baik di lingkungan internal maupun masyarakat sekitar, untuk menjelaskan ajaran Islam dengan pendekatan yang logis dan persuasif.
– Penyampaian yang Lembut : Santri diajarkan untuk berdakwah dengan cara yang ramah dan menghargai perbedaan pendapat, sehingga pesan Islam diterima dengan baik.
2. Dakwah Bil Hal (Dakwah Melalui Keteladanan)
Dakwah bil hal adalah metode dakwah yang dilakukan melalui perbuatan nyata dan keteladanan, sesuai dengan sabda Nabi Muhammad ﷺ:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad).
– Keteladanan Sehari-hari : Kyai, ustaz, dan santri menjadi contoh nyata dalam menjalankan ajaran Islam, seperti menjaga akhlak, kedisiplinan, dan integritas.
– Kontribusi Sosial : Pesantren aktif dalam pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosial, seperti pengajian, bantuan kemanusiaan, dan program pemberdayaan ekonomi.
– Pengabdian kepada Masyarakat : Santri didorong untuk terlibat langsung dalam kehidupan masyarakat, misalnya melalui dakwah di masjid atau majelis taklim, yang memperkuat hubungan sosial.
3. Dakwah Bil Qalam (Dakwah Melalui Tulisan)
Dakwah bil qalam adalah penyampaian ajaran Islam melalui karya tulis, media, dan literasi. Pesantren memanfaatkan metode ini untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
– Penulisan Kitab dan Artikel : Banyak kyai dan ustaz pesantren yang menulis kitab atau artikel tentang Islam yang menjadi rujukan umat.
– Media Dakwah Modern : Pesantren mulai menggunakan media digital, seperti blog, media sosial, dan video dakwah, untuk menyampaikan pesan Islam kepada generasi muda.
– Penerbitan Buletin atau Jurnal : Beberapa pesantren memiliki publikasi internal untuk menyebarkan pemikiran dan ide-ide keislaman kepada masyarakat luas.
4. Dakwah Bil Lisan (Dakwah Melalui Ceramah)
Ceramah dan pengajaran langsung adalah metode dakwah yang paling umum digunakan di pesantren.
– Pengajian Rutin : Pesantren mengadakan pengajian rutin, baik untuk santri maupun masyarakat sekitar.
– Kegiatan Dakwah di Luar Pesantren : Santri dan kyai sering diundang untuk menyampaikan ceramah di masjid, acara keagamaan, atau pertemuan masyarakat.
– Pelatihan Keterampilan Dakwah : Santri diajarkan retorika dan teknik penyampaian agar mampu berdakwah secara efektif.
5. Dakwah Bil Maal (Dakwah dengan Harta)
Pesantren juga menjalankan dakwah melalui pemanfaatan sumber daya keuangan untuk membantu masyarakat.
– Kegiatan Amal : Pesantren menyelenggarakan kegiatan sosial seperti santunan anak yatim, bantuan kepada dhuafa, atau pembangunan fasilitas umum.
– Ekonomi Syariah : Beberapa pesantren mengelola koperasi atau usaha berbasis syariah sebagai bagian dari dakwah ekonomi.
Relevansi Metode Dakwah Pesantren
Metode dakwah pesantren sangat relevan untuk berbagai lapisan masyarakat karena menggabungkan pendekatan tradisional dan modern. Dengan kombinasi hikmah, keteladanan, ceramah, dan media, pesantren mampu menyampaikan ajaran Islam secara efektif dan adaptif, menjadikannya institusi dakwah yang terus relevan di era globalisasi.
Metode ini juga mencerminkan fleksibilitas pesantren dalam menghadapi tantangan dakwah di era modern tanpa kehilangan esensi ajaran Islam.
Relevansi Pesantren dalam Konteks Modern
Pesantren tetap relevan di era modern karena kemampuannya beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Sebagai lembaga pendidikan, pesantren mengintegrasikan ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum, seperti teknologi dan kewirausahaan, untuk menjawab kebutuhan masyarakat saat ini.
Selain itu, pesantren berperan penting dalam membangun moralitas masyarakat di tengah tantangan globalisasi, seperti krisis spiritual dan degradasi nilai. Pesantren juga memanfaatkan media digital untuk dakwah, sehingga mampu menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.
Dengan menanamkan akhlak mulia, wawasan keagamaan, dan keterampilan praktis, pesantren terus mencetak generasi yang mampu berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat secara islami dan relevan dengan dinamika zaman.
Kesimpulan
Pesantren memiliki peran strategis dalam menyebarkan dakwah Islam melalui integrasi ilmu dan tarbiyah. Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren tidak hanya mencetak individu yang berilmu, tetapi juga berakhlak mulia dan siap menjadi pendakwah yang bijaksana. Dengan metode dakwah yang beragam—baik melalui keteladanan, ceramah, maupun media modern—pesantren mampu menjawab tantangan dakwah di era globalisasi.
Relevansi pesantren dalam konteks modern terletak pada kemampuannya menjaga nilai-nilai Islam sekaligus beradaptasi dengan kebutuhan zaman, menjadikannya pilar utama dalam membangun masyarakat yang religius, cerdas, dan berkarakter. (*)