INDEPENDENews.com – Universitas Muhammadiyah Enrekang (Unimen) memperingati hari lahir atau Milad ke-51.
Acara ini berlangsung di halaman parkir kampus Unimen, Selasa (8/4/2025).
Turut dihadiri oleh berbagai tamu undangan, dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Wakil Sekjend, Dr. Muhammad Sayuti, juga dari Pimpinan Wilayah oleh Prof. Dr. A. Qadir Gassing, Anggota Komisi X DPR RI Muslimin Bando.
Turut pula hadir Bapak Bupati Enrekang, H. Yusuf Ritangnga, para perwakilan rektor dari kawasan Ajattappareng, dan para tamun undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Rektor Unimen, Dr. Syawal Sitonda menyampaikan bahwa sebenarnya hari Milad Unimen sudah lewat.
“Milad Unimen sebenarnya jatuh pada tanggal 19 Fabruari, bertepatan dengan hari jadi Kabupaten Enrekang, namun karena jadual pengurus PP Muhammadiyah baru ada hari ini, sehingga baru hari ini Milad dapat digelar,” paparnya.
Selain itu, Syawal Sitonda juga menyampaikan bahwa jumlah calon mahasiswa baru (Camaba) yang telah mendaftar di Unimen meningkat seratus persen jika dibandingkan tahun 2024.
“Tahun lalu pandaftar hanya sekitar duaratus mahasiswa lebih, tahun ini meningkat seratus persen, sudah mencapai empat ratus lebih pendaftar,” terang Rektor Unimen.
Prof. A. Qadir Gassing yang mewakili Pengurus Wilayah Muhammadiyah Sulsel dalam tausiyahnya menyampaikan bahwa selaku warga persyarikatan maka selayaknya setiap ada acara, apa pun itu, jangan lupa untuk menyampaikan minimal satu ayat atau satu hadis disertai dengan terjemahan.
“Dan jangan malu bawa catatan, kalau memang tidak hafal, ya dibaca saja, minimal satu ayat atau satu hadis,” jelas Mantan Rektor UIN Alauddin ini.
Prof. Gassing menceritakan bahwa kebiasaan baca ayat dan hadis dalam setiap pertemuan merupakan ajaran dari Mochammad Natsir, Mantan Perdana Menteri Republik Indonesia.
“Sewaktu dulu saya belajar di Jakarta, saya rutin mengikuti kajian Pak Natsir, dan salah satu ajarannya adalah ketika ada pertemuan, sampaikan satu ayat atau satu hadis beserta artinya,” jelas Prof. Gassing.
Namun, lanjut Prof. Gassing, setiap ayat dan hadis yang kita sampaikan itu, kita dulu yang harus amalkan, atau kita yang menyampaikan minimal menjadi nasihat untuk kita agar berusaha mengamalkan ayat dan hadis yang kita sampaikan.
“Dan di sinilah ruhnya dakwah Persyarikatan Muhammadiyah, menghidupkan tabligh dari lingkungan terkecil setiap warga Muhammadiyah, lalu menjalar ke masyarakat. Dengan itu pula kita mampu menilai masyarakat kita, apakah mereka berada dalam kebenaran mengamalkan agama atau sebaliknya,” terang Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini. (*)