Cuaca Ekstrem Potensi Kerek Inflasi

INDEPENDENews.comCuaca ekstrem menyebabkan banjir dan kondisi kekeringan memberikan dampak signifikan pada berbagai sektor.

Terutama sektor pertanian dan perdagangan.

Hal ini mengakibatkan kenaikan harga kebutuhan pokok, terutama bawang merah.

Sehingga berujung pada inflasi harga bahan pangan.

Ekonom dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Nur Bau Masepe, menjelaskan perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem menjadi tantangan besar bagi pengusaha kecil maupun besar.

Perusahaan Smelter Milik JK Bakal Beroperasi, Perdayakan Tenaga Lokal

Dia menekankan fenomena ini sebagai perubahan iklim atau climate change.

Semua pihak harus menghadapi tantangan ini dengan serius.

Untuk mengantisipasi dampak tersebut, Andi Nur Bau Masepe menyarankan untuk mencari solusi melalui teknologi dan inovasi dalam budidaya bawang merah.

Salah satu langkah adalah mengembangkan budidaya bawang merah dengan metode pertanian canggih, seperti menggunakan polybag.

Menurutnya, inovasi ini harus didukung oleh hasil riset dari universitas.

Universitas perlu menghasilkan riset yang mengarah pada budidaya pertanian yang tidak terpengaruh oleh faktor cuaca seperti curah hujan, iklim, dan lahan yang luas.

Andi Nur Bau Masepe juga mengingatkan bahwa jika masalah ini tidak tertangani baik, maka berdampak pada kenaikan inflasi bawang merah.

Komoditas yang dapat mempengaruhi harga kebutuhan pokok dan komoditas lainnya.

Dalam konteks ini, pemerintah diharapkan dapat memberikan subsidi kepada petani bawang merah dan varian lainnya.

Hal ini penting agar petani tetap dapat bertahan dan tidak beralih profesi, yang dapat memperparah situasi dengan impor bawang merah.

Loncakan Harga Bawang Merah

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) I Gusti Ketut Astawa mengungkapkan lonjakan harga bawang merah saat ini adalah dampak terganggunya produksi di sentra bawang merah di Indonesia.

‘Penyebabnya, banjir yang melanda sepanjang wilayah Pantura pada bulan Maret lalu,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pihaknya mencatat, akibat banjir tersebut, sekitar 2.500 hektare (ha) lahan bawang mengalami puso atau gagal panen.

Lahan ini bagian dari sekitar 7.500 ha lahan bawang di Brebes, Cirebon, Kendal, Demak, Grobogan, Pati, dan daerah lain yang terkena dampak banjir Pantura.

“Kenaikan harga di mulai awal April 2024 sebagai kompensasi harga bawang merah yang jatuh di bulan sebelumnya,” terangnya.

Panel Harga Badan Pangan mencatat, harga bawang merah hari ini, Senin, 22 April naik Rp630 ke Rp52.310 per kg.

Sepekan lalu, 15 April, harganya masih di Rp45.260 per kg.

Jika melihat pergerakan harga bawang merah, Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, harga bawang merah tiba-tiba melonjak memasuki April.

Harga rata-rata bulanan menunjukkan, harga di Maret masih di Rp34.030 per kg.

Lalu harga bawang merah mendadak melonjak ke Rp43.490 per kg di April.

“Harga bawang merah ini memang grafiknya naik, meski di Januari-Februari masih di bawah harga acuan penjualan di tingkat konsumen yakni Rp36.500-41.500 per kg.

Kami terus memantau harga bawang merah ini, mudah-mudahan kita bisa lakukan upaya pengendalian dengan baik,” tuturnya.(*)